Powered By Blogger

Selasa, 22 Maret 2011

Laporan Praktikum Sistem Ekskresi (uji Urin)

LAPORAN PRAKTIKUM

Judul: Ekskresi (Periksaan Urin)

Tgl Praktikum: Dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2011 pukul 16.30 WIB.

Pendahuluan
Tujuan: -Memeriksa kandungan glukosa, albumin, klorida, dalam urin
              -Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urin
              -Membuktikan kandungan urea dalam urin

Dasar Teori
System ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna empedu.
Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2. kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida.
Volume urine normal, kisaran 900-1200ml.
Sumber: 2008. Sistem Ekskresi Manusia. (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/18/sistem-ekskresi-pada-manusia/). Diakses pada 20 maret 2011
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.
Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit. Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari:


1. Paru-paru,
2. Hati,
3. Kulit, dan
4. Ginjal.



Dari beberapa organel ekskresi, salah satu organ yang mengekskresikan urin, yaitu berupa ginjal. Dalam Dunia kedokteran biasa menyebutnya ‘ren’ (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.
FUNGSI GINJAL
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang

PROSES PEMBENTUKAN URINE
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

KELAINAN PADA GINJAL
kelainan pada ginjal diantaranya adalah gagal ginjal dan batu ginjal. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan kelainan pada ginjal dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme.
Urine banyak mengandung mineral dan berbagai bahan kimiawi. Urin belum tentu dapat melarutkan semua itu. Apabila kita kurang minum atau sering menahan kencing, mineral-mineral tersebut dapat mengendap dan membentuk batu ginjal.
Batu ginjal merupakan kristal yang terlihat seperti batu yang terbentuk di ginjal. Kristal-kristal tersebut akan berkumpul dan saling berlekatan untuk membentuk formasi “batu”. Apabila batu tersebut menyumbat saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih, saluran kemih manusia yang mirip selang akan teregang kuat karena menahan air seni yang tidak bisa keluar. Hal itu tentu menimbulkan rasa sakit yang hebat.
Sumber: (livelihoodinpuremonth.blogspot.com/2009/04/biology/-urin-manusia.html).
Gangguan pada sistem ekskresi
 a.Albuminuria yaitu terdapat albumin dan protein di dalam urine suatu gejala kerusakan alat filtrasi dalam ginjal.
b.Diabetes melitus (kencing manis) yaitu adanya gula dalam urine hal ini disebabkan kekurangan hormon insulin.
c.Diabetes insipidus yaitu jumlah urine menjadi berlipat ganda karena gangguan hormon Antidiuretika (ADH)

Zat-zat buangan yang mengandung nitrogen
Metabolisme senyawa protein akan menghasilkan zat-zat sisa yang mengandung nitrogen. Pencernaam protein aan menghasilkan asam amino, kemudian dapat diuraikan lagi menjadi NH4OH dan NH3. NH3 yang dihasilkan tersebut bersifat racun terhadap tubuh yang harus dibuang. Amoniak dalam sel diikat oleh ornitrin dan CO2menjadi sitrulin. Sitrulin masuk aliran darah kemudian ke hati. Di hati oleh enzim arginasa, arginin diuraikan menjadi ornitrin dan urea. Urea keluar dari hati mlalui darah yang kemudian akan disaring di glomerulus ginjal yang akhirnya keluar bersama urine. Kadar urea dalam urine tergantung jumlah protein asam amino yang dimakan bila protein tinggi, kadar urea dalam urine juga tinggi.
Sumber: marwan. 2010. System ekskresi. (http://www.docstoc.com/docs/24595331/Laporan-Faktikum-Fiswan). Diakses pada 20 maret 2011. Pukul 16.10 WIB.

Metode
Alat dan BAhan
Alat
Bahan
Kaca objek
Sample Urine
Bunsen
Lart. Benedict
Pipet Tetes
Asam Nitrat Pekat
Tabung Reaksi
Lart. AgNO3 10%

Lart. Hipobromida

Asam Oksalat

Cara Kerja
A.    Glukosa dalam urine
Benedict 5ml
                     Didihkan
Hasil Pendidihan
                            ditambahkan
8 teteh Urine
                    Di Amati
perubahan warna
B.     Albumin dalam urine
3ml asam nitrit
                     ditambah
Urine
                 diamati
Hasil pengamatan
C.    Klorida dalam urin
5ml urine
                           ditambahkan
Lart. AgNO3
                                                                                   diamati
Hasil Pengamatan
D.    Amonia dalam urine
1ml urin
                       Di didihkan
Penagas air
               diamati
Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan
Sample urin


Urin dengan garam berlebih (g+)
Urin dengan garam normal (gn)
Urin dengan kurang garam
(g-)




Tabel Hasil Pengamatan
No
Uji
Perubahan yang Terjadi
Keterangan
Garam Berlebih
Garam Normal
Tanpa garam
Garam Berlebih
Garam Normal
Tanpa Garam
1
Glukosa

---
---
---
Berubah warna jadi hijau
Berubah warna jadi hijau
Berubah warna jadi hijau
2
Albumin
 
---
+
---
Tdk ada cincin
ada cincin
Tidak ada cincin
3
Klorida
 
+
+
+
Banyak endapan
Ada endapan
Lebih banyak endapan
4
Amonia

+
+
+
Bau ammonia pekat
Tercium bau ammonia kurang pekat
Sedikit tercium Bau ammonia

Pembahasan
            Dalam melakukan praktikum pemeriksaan urin ini, diambil 3 sampel. Dan diberi perlakuan yang berbeda, dengan kondisi yang berbeda pula.


Garam berlebih
Nama: Sunsun Baedah Mulia
Usia: 20 tahun
Makan sehari- hari + Tretmen:
-makan snak
-kripik pisang
-jus mangga
-teh manis
-nasi+jamur+telur goreng
Kebiasaan
-tidak meroko
Kesehatan  
-tidak mengkonsumsi obat, sedang haid
Garam Normal
Nama: Hana Humaeriyah
Usia: 20 tahun
Makan sehari- hari + Tretmen:
-sayur bayam
-ikan
-tahu goreng
-apel
-nasi
Kebiasaan
-tidak merokok
-kurang minum
Kesehatan  
-mengkonsumsi the hijau untuk obat magh
-sedang haid

Tanpa Garam
Nama: Destiana Chairunnisa
Usia: 20 tahun
Makan sehari- hari + Tretmen:
-jus alpukat
-wortel rebus
Kebiasaan
-tidak meroko
Kesehatan  
-tidak mengkonsumsi obat
-sedang haid



Dari praktikum uji urin kali ini, aspek yang kami amati diantaranya:

1.      Fisik dari warna urin


Dari fisik percobaan kita dapat melihat bahwa sifat fisik urine dengan warna kuning muda kecoklatan (pada urin tanpa garam), baunya harum dengan kekeruhan jernih, termasik warna urin yang tergolong normal. Hal ini mungkin pengaruh dari bahan buangan yang mengundang nitrogen dan garam-garam serta membuktikan bahwa proses ekskresi merupakan proses pengeluaran yang berantai. Namun, pada sample urin garam berlebih dan garam normal, warna nya orange gelap, bisa diindikasikan dibawah pengaruh obat, kekurangan air minum dan kekurangan cairan karena diare, muntah atau banyak keringat.
2.      Uji Glukosa
 Pada uji glukosa dengan hasil pada ketiga sample tersebut, warna urine nya bening, keruh, putih atau hijau dengan kadar glukosa nol berarti hasil negatif hal ini menunjukan bahwa dalam urine tersebut tidak mengandung bahan-bahan lain yang merugikan atau sedikit sekali terhadap resiko penyakit misalnya diabetes melitus dan yang lainnya. Juga dapat dikatakan bahwa ginjalnya berfungsi dengan baik. Sedangkan larutan urin yang mengandung gula akn memberikan warna merah bata di bagian dasarnya. kita dapat menguji urin dengan berbagai kadar glukosa yang berbeda-beda untuk membandingkan urin yang mengandung glukosa dan yang tidak dengan mereaksikan urin dengan pereaksi Benedict yang telah dipanaskan dengan glukosa 0,3 %; 1 %; 2 %; 5 % dan urin tanpa penambahan apapun.
3.      Uji albumin
Percobaan kedua ialah uji albumin dalam urin. Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekulnya cukup besar. Urine yang mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna. Indikator adanya Albumin dalam urine ditandai dengan terdapatnya cincin putih diantara Asam nitrit pekat dan Urine.
Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Dari hasil tes albumin ini. Ternyata timbul cincin putih dari sample urin normal. Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh.
4.      Uji klorida
Eksperimen ketiga adalah uji Chlorida, apakah didalam urine terdapat chlorida ataukah tidak. Sebelumnya, kami mengasamkan urine dengan asam nitrat encer 5 tetes. Ketika asam nitrat encer ini dimasukkan, urine berubah menjadi lebih bening. Kemudian kami menetesi 5 tetes perak nitrat. Tidak lama kemudian terdapat endapan putih tipis didasar tabung dengan kata lain urin mengandung klorida tetapi hasil ini dianggap masih normal. Jika kita analisis, NaCl juga terkandung dalam urine normal jadi untuk mengetahuinya harus ditemukan klorida dengan cara mengikat ion – ion Cl-. Persamaan reaksinya dapat dimungkinkan sebagai berikut:
2NaCl + AgNO3 Na2NO3 + AgCl2
tetapi pengujian yang lebih teliti lagi dapat dilakukan dengan cara Schales dan Schales.dimana Urin dititrasi dengan merkuri nitrat dalam suasana asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri membentuk Hg Cl2 yang tidak terionisasi.
Sumber: yogi. 2010. Analisis urine. (http://kuhascexpress.blogspot.com/2010/05/analisis-urine-tes-air-seni-kencing.html). Diakses pada 20 maret 2011
Dari hasil uji coba khlorida perubahan warna dari kuning bening menjadi kuning keruh ada endapan yang berwarna putih ini karena reasorpsi khlorida akan mengingat bila reabsorpsi HCO- menurun, dan sebaliknya bahwa dalam urine tersebut ada bahan-bahan kimia yang mengendap. Dan dari sample tersebut seluruhnya menghasilkan endapan.
Seharusnya, jika kita bandingkan dengan literature, pada sample tanpa garam itu tidak menghasilkan endapan sama sekali. Timbulnya endapan pada sample (g-), dikarenakan kesalahan dalam treatment nya. Pasien memang tidak mengkonsumsi garam, namun dalam bahan makanannya, secara keseluruhan mengandung bahan klor. Sehingga pada sample (g-) pun diindikasikan terdapat klor.
Sumber: marwan. 2010. System ekskresi. (http://www.docstoc.com/docs/24595331/Laporan-Faktikum-Fiswan). Diakses pada 20 maret 2011. Pukul 16.10 WIB.
5.      Uji ammonia
Eksperimen yang terakhir yaitu uji ammonia dalam urin. Urin mengandung urea yang bila dihidrolisis (di lab) atau terhidrolisis (di kamar mandi) akan terurai menjadi amonia.
CO(NH2)2 + H2O -> CO2 + 2NH3
Jadi pada dasarnya urea, CO(NH2)2 yang terkandung dalam urin terurai menjadi amonia, NH3 jika ada air, H2O. Pemanasan akan mempercepat reaksi ini. Sehingga, bau pada urin ini ditimbulkan indikasi dari ammonia.
            Dari 3sample yang ada, bau ammonia yang ditimbulkan pada sample urin (g+) memang lebih pekat dari kedua sample lain. Hal itu karena kadar bau ammonia yang dihasilkan tergantung pada kadar garam yang dikonsumsi
Sumber: bugisi. 2009. Yahoo. (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090306074354AAfcIWt). Diakses pada 20 maret 2011. Pukul 15.05
Kesimpulan
            Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa:
1.      Pada sample (g-), indikasi dari warna urinya (kuning keemasan) merupakan urin yang normal. Tapi, pada sample urin (g+) dan (gn), diindikasikankurang minum, atau dibawah pengaruh obat. Karena warna yang dihasilkannya orange pekat.
2.      Pada ketiga sample, tidak mengandung glukosa. Hal itu ditandai dengan perubahan warna hijau, pada lart. Bernedict.
3.      Dari ketiga sample, hanya sample urin (gn) yang menghasilkan cincin putih pada uji albumin. Timbulnya cincin putih, diindikasikan terjadi gangguan pada metabolism tubuh.
4.      Dari uji klorida, seluruh sample menghasilkan endapan putih. Hal ini membuktikan adanya zat klor dari garam, di dalam tubuh.
5.      Pada sample (g+), bau ammonia yang dihasilkan sangat pekat dibandingkan kedua sample lainnya. Hal itu karena kadar bau ammonia yang dihasilkan tergantung pada kadar garam yang dikonsumsi. Pada uji ammonia ini, membuktikan adanya urea di dalam urin

Daftar Pustaka
o   arm.2008. (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080418204234AA4VhX7). Diakses pada 20 maret 2011. Pukul 15.00 WIB
o   bastian. 2010. Prose pembuatan urea. (http://bastianessence.blogspot.com/2010/08/proses-pembuatan-urea-prill_17.html). Diakses pada hri senin, 21 Maret 2011. Pukul 03.00 WIB
o   bugisi. 2009. Yahoo. (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090306074354AAfcIWt). Diakses pada 20 maret 2011. Pukul 15.05
o   irawan, anwari. 2010. Glukosa dan Metabolisme energy. (http://priyosport07.wordpress.com/2010/03/25/glukosa-metabolisme-energi/). Diakses pada 21 maret 2011. Pukul 03.05 WIB
o   marwan. 2010. System ekskresi. (http://www.docstoc.com/docs/24595331/Laporan-Faktikum-Fiswan). Diakses pada 20 maret 2011. Pukul 16.10 WIB.
o   2008. Sistem Ekskresi Manusia. (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/18/sistem-ekskresi-pada-manusia/). Diakses pada 20 maret 2011
o   yogi. 2010. Analisis urine. (http://kuhascexpress.blogspot.com/2010/05/analisis-urine-tes-air-seni-kencing.html). Diakses pada 20 maret 2011

Pertanyaan Jawaban
Pertanyaan
1.      Bandingkan hasil pengamatan pada urine orang normal dengan urin yang diberi perlakuan?jelaskan mengapa demikian?  
2.      Bagaimana siklus glukosa dalam tubuh. Jelaskan siklus tersebut!
3.      Bagaimana kadar glukosa dalam darah setelah beberapa saat kita makan? Bagaimana hubungan darah dengan kadar glukosa optimum darah?
4.      Bagaimana hubungan antara kadar albumin yang tinggi dalam urin dengan kondisi kesehatan yang bersangkutan?
5.      Klorida yang terkandung dalam urine berasal dari apa?
6.      Apakah klorida selalu terdapat dalam urine?jelaskan!
7.      Berasal dari apakah ammonia yang terdapat dalam urine?jelaskan!
8.      Jelaskan bagaimana terbentuknya urea dalam tubuh!
Jawaban
1.      Warna Urine :
Þ Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Pada urin sample (g-) menghasilkan warna urin yang kekuning-kuningan transparan
Þ pada urin sample (g+) dan (gn) orange gelap. Hal itu karena pada sample (g+) dan (gn) itu kurang mengkonsumsi air
Bau :
Þ Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. dari ketiga urin sample tersebut, timbul bau ammonia. Dan tergolong dari ketiga sample urin tersebut masih normal
Þ, saat uji albumin
pada urin normal tidak menghasilkan cincin transparan. Namun, pada sample urin (gn), timbul cincin transparan. Dan diindikasikan ada gangguan pada system metabolisme
Sumber: arm.2008. (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080418204234AA4VhX7). Diakses pada 20 maret 2011. Pukul 15.00 WIB
2.      Metabolisme Glukosa
Proses Glikolisis
Tahap awal metabolisme konversi glukosa menjadi energi di dalam tubuh akan berlangsung secara anaerobik melalui proses yang dinamakan Glikolisis (Glycolysis). Proses ini berlangsung dengan mengunakan bantuan 10 jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma (cytoplasm) yang terdapat pada sel eukaryotik (eukaryotic cells). Inti dari keseluruhan proses Glikolisis adalah untuk mengkonversi glukosa menjadi produk akhir berupa piruvat.
Pada proses Glikolisis, 1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6H12O6) akan terpecah menjadi produk akhir berupa 2 molekul piruvat (pyruvate) yang memiliki 3 atom karbom (C3H3O3). Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi yang disertai dengan terbentuknya beberapa senyawa antara seperti Glukosa 6-fosfat dan Fruktosa 6-fosfat.
Selain akan menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat, proses glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP serta molekul NADH (1 NADH3 ATP). Molekul ATP yang terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh sel-sel tubuh sebagai komponen dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis ini 4 buah molekul ATP & 2 buah molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan serta pada awal tahapan prosesnya akan mengkonsumsi 2 buah molekul ATP sehingga total 8 buah ATP akan dapat terbentuk.
Sumber: irawan, anwari. 2010. Glukosa dan Metabolisme energy. (http://priyosport07.wordpress.com/2010/03/25/glukosa-metabolisme-energi/). Diakses pada 21 maret 2011. Pukul 03.05 WIB
3.      NORMAL = 50-150 mg per 100 ml.
- makanan
- waktu pengambilan darah setelah makan
- aktivitas
- keadaan emosi
Setelah makan terjadi penimbunan glucose oleh hati, otot, jaringan lemak dan terjadi
peningkatan oksidasi.
Puasa : pengambilan dari cadangan ‘makanan’ dalam tubuh sehingga glucosa darah
berkisar pada konsentrasi yang dapat ditolerir tubuh.
Hubungan kadar glukosa dan darah ialah
4.      Makin tinggi kadar albumin dalam urin. Makin besar pula kerusakan pada system metabolism. Begitu pun sebaliknya. Karena, Urine yang mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna sehingga dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh.
5.      Klorida yang dihasilkan dalam uji urin, dihasilkan dari baan makanan yang dikonsumsi. Yang memang terkandung klor didalamnya
6.      Pada tubuh, sesungguhnya Tidak selamanya mengandung klor. Saat bahan makanan yang dikonsumsi tidak mengandung klor, maka dalam tubuh pun tidak ada atau sedikit. Kandungan klor selain dari urine sendiri, terdapat di bahan makaan dan air.
7.      Ammonia yang ada dalam tubuh, berasal dari Urin mengandung urea yang bila dihidrolisis (di lab) atau terhidrolisis (di kamar mandi) akan terurai menjadi amonia.
CO(NH2)2 + H2O -> CO2 + 2NH3
Jadi pada dasarnya urea, CO(NH2)2 yang terkandung dalam urin terurai menjadi amonia, NH3 jika ada air, H2O.
8.      Urea diperoleh dari hasil reaksi antara gas CO2 dan ammonia dengan menghasilkan reaksi ini menjadi ammonium karbamat, kemudian dehidrasi ammonium karbamat menghasilkan urea.
Kalau kita tulis persamaan reaksi kimia adalah:
2NH3 + CO2 à NH2COONH4 (ammonium carbamat)
NH2COONH4 à H2O + NNH2CONH2 (Urea)
Reaksi antara CO2 dan ammonia menjadi urea berlangsung secara reversible, yang sangat dipengaruhi oleh tekanan, temperature, komposisi reactor dan waktu reaksi berlangsung.
Sumber: bastian. 2010. Prose pembuatan urea. (http://bastianessence.blogspot.com/2010/08/proses-pembuatan-urea-prill_17.html). Diakses pada hri senin, 21 Maret 2011. Pukul 03.00 WIB